Indonesia dikenal sebagai wilayah yang rentan bencana. Dalam catatan sejarah, setiap tahunnya nyaris selalu ada bencana alam yang terjadi. Indonesia yang terletak di daerah tropis mempunyai dua musim, yaitu musim hujan dan musim panas. Pergantian kedua musim ini menyebabkan perusahaan cuaca, suhu, dan arah angin yang ekstrim.
Keterampilan yang sangat diperlukan adalah kemampuan menolong korban yang mungkin ada dari berbagai lokasi. Misalnya, korban bencana yang berada di daerah ketinggian (atap gedung pada saat terjadi korban kebakaran). Bisa juga korban berada di daerah lembah (korban terjatuh dari gunung, tebing, dll). Penanganan korban di lokasi seperti ini memerlukan keterampilan khusus yang biasa disebut dengan vertical rescue.
Ini merupakan teknik evakuasi (Memindahkan korban, baik manusia atau barang, ke lokasi yang lebih aman). Bisa dari titik rendah ke yang lebih tinggi atau sebaliknya. Pada medan yang curam/vertical, baik kering pun basah.
Banyak pengetahuan yang harus dipahami para aparatur pemerintah. Sebut saja operasi penyelematan pada lokasi curam di tambang bawah tanah dan wawasan dalam operasi penyelematan di lokasi-lokasi curam dan penuh resiko. Selain itu juga memberikan keterampilan khusus dalam melakukan operasi penyelematan di ketinggian dengan teknik-teknik efektif dan efisien. Juga memberi pemahaman dan kesadaran akan pentingnya K3 dalam setiap kegiatan agar tidak terjadi kecelakaan kerja.
Diklat diikuti oleh sebanyak 20 peserta yang merupakan ASN dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ASN KESDM). Penggagas 1.000 jembatan gantung dan aktivis Vertical Rescue Indonesia, Tedi Ixdiana menjadi pengajar diklat yang berlangsung selama lima hari ini (8-12 Februari 2021). Materi yang akan diberikan di antaranya Medan Penyelamatan Korban dan Simpul Jerat, Kemampuan Dasar (Anchoring dan Mechanical System), Kemampuan Dasar (Ascending dan Descending, System Belay), Kemampuan Dasar (Strecher Instalation dan Patient Care), dan Evakuasi Korban (Hauling, Lowering Leading & Suspension). (IR)