Bandung - Industri pertambangan telah lama dikenal sebagai sektor dengan risiko tinggi yang mencakup berbagai aspek, mulai dari hukum, ekonomi, hingga teknologi. Dalam konteks ini, bahaya longsoran pada lereng tambang menjadi salah satu tantangan serius yang memerlukan perhatian serius. Statistik kecelakaan tambang menunjukkan bahwa longsoran lereng adalah faktor dominan yang berdampak signifikan pada kerusakan peralatan, struktur, dan bahkan nyawa pekerja.

Dalam sambutan pembukaan Diklat Analisis Kestabilan Lereng Angkatan IV di Gedung Diklat Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Geologi, Mineral dan Batubara (PPSDM Geominerba), Koordinator Perencanaan dan Standardisasi Pengembangan SDM PPSDM Geominerba, R. Yudi Pratama, menggarisbawahi urgensi meningkatkan kompetensi dalam menghadapi risiko ini.

\"Dari sisi teknologi, bahaya longsoran pada lereng tambang merupakan bahaya yang seharusnya telah diperhitungkan dan dapat dikendalikan,\" ungkap Yudi dalam sambutannya. Namun, beliau juga mengakui bahwa statistik menunjukkan bahwa longsoran tambang masih menjadi faktor dominan dalam kecelakaan tambang, berdampak ekonomi yang signifikan serta mengancam keselamatan pekerja.

Faktor geologi dan iklim yang dinamis, ditambah kurangnya pengawasan atau pemantauan pada lereng-lereng tambang, diidentifikasi sebagai penyebab dominan terjadinya longsor. Oleh karena itu, kompetensi pengawas dalam melakukan pengamatan, pemantauan, pengawasan, dan analisis tingkat kestabilan lereng menjadi hal yang sangat penting.

Dalam diklat ini, sebanyak 11 peserta dari berbagai perusahaan pertambangan akan mendapatkan informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dari para pengajar yang ahli dalam bidangnya.

Diklat yang berlangsung selama 5 hari, dimulai pada tanggal 21 hingga 25 Agustus 2023, ini menawarkan materi yang komprehensif. Mulai dari regulasi pengelolaan lereng dalam pertambangan, pengantar geoteknik tambang, gerakan tanah, hingga analisis kestabilan lereng, peserta akan mendapatkan pemahaman mendalam tentang aspek-aspek kunci dalam menjaga kestabilan lereng.

Para pengajar yang menyampaikan materi berasal dari berbagai latar belakang, termasuk Direktorat Teknik dan Lingkungan Minerba serta akademisi dari Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran.

Dengan diadakannya Diklat Analisis Kestabilan Lereng Angkatan IV, Harapannya, para peserta akan mampu meningkatkan kompetensi teknis mereka dalam menganalisis kestabilan lereng di area tanggung jawab mereka masing-masing. (IR)